Wednesday, 24 February 2016

pengendalian pertumbuhan mikroba

BAHAN AJAR
“PENGENDALIAN PERTUMBUHAN MIKROBA”
Untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur Mata Kuliah Mikrobiologi
Dosen Pengampu : Evi Roviati, S.Si, M.Pd.








Disusun Oleh :
Azkia Nur Hidayah        (1413161002)
Dede Arif Muzani          (1413163061)
Desi Nurlaela Fani         (1413163063)
Nurul Amanah               (1413161015)

Tadris IPA Biologi – C / Semester V
Kelompok : 4 (Empat)


JURUSAN TADRIS IPA-BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2015
BAB VI
PENGENDALIAN PERTUMBUHAN MIKROBA

TIU:  Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa dapat mempelajari pengendalian pertumbuhan mikroba.
TIK:1. Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa dapat mampu mendeskripsikan dasar-dasar pengendalian mikroba.
       2.  Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa dapat mampu menjelaskan sterilisasi dan pengendalian secara fisik.
       3. Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa dapat mampu menjelaskan pengendalian secara kimia.

A.  Dasar-Dasar Pengendalian
Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang besar dan beragam, dan mereka terdapat hampir dimana-mana di alam ini. Mereka merupakan bentuk kehidupan yang tersebar paling luas dan terdapat paling banyak di planet ini. Sesungguhnya telah dihitung bahwa massa mikroorganisme di bumi melebihi massa organisme lain. Didalam setiap gram tanah subur terdapat berjuta-juta mikroorgansime (Pelczar, 2005).
Pengendalian pertumbuhan mikroba pada prinsipnya adalah menghambat atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
Pengendalian mikroorganisme berdasarkan dua hal :
1.         Dengan membunuh mikroorganisme
2.         Dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme. 
Pengendalian pertumbuhan mikroorganisme biasanya secara fisika dan secara kimia baik membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Agen yang membunuh sel-sel yang diistilahkan sidal, agen yang menghambat pertumbuhan sel-sel (tanpa membunuh mereka) yang disebut sebagai statis. Dengan demikian, bakterisida berarti membunuh bakteri, dan bakteriostatik berarti menghambat pertumbuhan sel-sel bakteri. Bakterisida berarti membunuh bakteri, fungisida berarti membunuh jamur, dan sebagainya.
Pengendalian  mikroorganisme bertujuan untuk menekan reproduksi mikroba. Sehingga dengan pengendalian mikroorganisme kita dapat mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Dengan cara membunuh mikroorganisme atau membuat kondisi yang membuat mikroorgenisme tidak dapat tumbuh.  Membunuh dan membatasi pertumbuhan mikroorganisme khususnyan sangat penting dalam penyediaan dan pemeliharaan untuk keamanan makanan. Pengendalian mikroorganisme juga merupakan praktek medis modern dan antimikroba untuk mencegah dari infeksi dan menurunkan penyebaran mikroorganisme. 

B. Sterilisasi dan Pengendalian Secara Fisika
Dalam  mikrobiologi, istilah sterilisasi sangat erat berkaitan dengan pengendalian pertumbuhan mikroorganisme yang merupakan penghancuran secara sempurna atau penghapusan semua organisme yang terdapat di dalam atau pada suatu zat yang akan disterilkan. Prosedur Sterilisasi melibatkan penggunaan panas, radiasi atau bahan kimia, dan juga penghancuran sel secara fisika. 
Metode utama sterilisasi adalah (1) fisika dan (2) kimia.
1.    Metode fisika
                  a.     Pemanasan Suhu Tinggi
Penggunaan suhu tinggi digabung dengan kelembapan  merupakan salah satu metode paling efektif untuk mematikan mikroorganisme. Suhu tinggi juga dapat diberikan sebagai panas kering. Antara kedua teknik tersebut terdapat perbedaan-perbedaan yang penting.
Gb. 1 Hot Air Sterilization
Panas lembab mematikan mikroorganisme dengan cara mengkoagulasikan  protein-proteinnya. Panas lembeb mematikan mikroorganisme dengan jauh lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan panas kering, yang menghancurkan mikroorganisme dengan cara mengoksidasi komponen-komponen kimiawinya.
Penerapan suhu tingi untuk mematikan mikroorganisme. Prosedur praktis yang memanfaatkan panas untuk mematikan mikroorganisme untuk mudahnya dibagi kedalam dua kategori: panas lembab dan panas kering.


1)   Panas lembab
Uap bertekanan. Panas dalam bentuk uap jenuh bertekanan adalah sarana paling praktis serta dapat diandalkan untuk sterilisasi. Uap bertekanan menyediakan suhu jauh diatas titik didih. Disamping itu juga mempunyai keuntungan seperti pemanasan dapat berlangsung cepat, mempunyai daya tembus, dan menghasilkan kelembapan yang tinggi; kesemuanya ini mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba.
Gb. 2 Autoclave
Alat sterilisasi yang menggunakan uap dengan tekanan yang diatur dinamakan autoklaf. Alat tersebut pada hakikatnya merupakan ruang uap berdinding rangkap yang diisi dengan uap jenuh bebas udara dan dipertahankan pada suhu serta tekanan yang ditentukan selama periode waktu yang dikehendaki.
Dalam penggunaan autoklaf, mutlak perlu diusahakan agar seluruh udara didalam ruang autoklaf tergantikan dengan uap jenuh. Apabila masih ada udara, maka suhu didalam ruang tersebut akan turun jauh dibawah suhu yang dicapai oleh uap jenuh murni pada tekanan yag sama. Bukan tekanan uap, tapi suhu tinggi lah yang mematikan mikroorganisme. 
Harus disadari untuk membunuh mikroorgaisme, uap harusnmenembus seluruh muatan. Jadi tidak boleh ada satu barang pun yang dibungkus dalam bahan seperti lembaran karet, yang tidak dapat ditembus uap, atau ditutup rapat dalam wadah yang ketat. Mensterilkan sejumlah besar muatan bahan kain memerlukan waktu yang lebih lama daripada mensterilkan sejumlah instrument. (Volk, 1993 : 205).
2)   Air mendidih (Boiling)
Bentuk vegetasi organism pathogen segera dirusak pada suhu air mendidih. Sebenarnya, organism ini biasanya mati dalam beberapa menit pada suhu 80oC. namun, beberapa endospora bakteri memperlihatkan ketahanan luarbiasa terhadap panas dan mungkin bertahan hidup pada suhu air mendidih sampai 20 jam. Endospora yang sangat resisten ini biasanya diisolasi dari makanan, tempat mereka terlindung. Spora jamur dapat mudah dibinasakan daripada endospora bakteri, namun kita tidak boleh mempercayai air mendidih untuk mensterilkan secara penuh.
3)  Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah penggunaan panas yang ringan dengan suhu terkendali untuk mengurangi jumlah mikroorganisme patogen dengan berdasarkan  waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk dibasmi dalam produk atau makanan. Dalam kasus pasteurisasi susu, waktu dan suhu tergantung tujuan untuk membunuh jenis potensial yang patogen yang terdapat dalam susu yang diinginkan.
4)  Tyndalisasi
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-turut.
             b.     Suhu rendah
Suhu dibawah suhu optimum untuk pertumbuhan dapat menekan laju metabolism; dan bila suhu itu cukup rendah, maka metabolism dan pertumbuhan akan terhenti. Suhu rendah sangat bermanfaat untuk mengawetkan biakan karena mikroorganisme mempunyai kemampuan yang unik untuk dapat bertahap hidup pada keadaan yang sangat dingin.
1)   Pendinginan
Biakan berupa bakteri, khamir dan kapang yang ditumbuhkan pada media agar dalam tabung reaksi, dapat tetap hidup selama berbulan-bulan pada suhu lemari es yaitu sekitar 4 sampai 7oC. mrtode ini baik untuk mengawetkan biakan beberapa, tetapi tidak semua mikroorganisme.
2)   Suhu dibawah titik nol
Bakteri dan virus dapat dipertahankan pada suhu -20oC (suhu pesawat pembeku mekanis), -70oC (suhu es kering, yaitu CO2 beku), dan bahkan pada suhu -195oC (suhu nitrogen cair). Mikroorganisme yang dipelihara pada suhu beku atau dibawah suhu beku dianggap dorman karena tidak memperlihatkan adanya aktivitas metabolic yang dapat dideteksi. Hal ini merupakan dasar bagi berhasilnya pengawetan pangan dengan menggunakan suhu rendah.

              c.     Pengeringan
Pengeringan sel mikroba serta lingkungannya sangat mengurangi atau menghentikn aktivitas metabolic diikuti dengan matinya sejumlah sel. Pada umumnya, lamanya mikroorganisme bertahan hidup setelah pengeringan bervariasi tergantung dari factor-faktor berikut:
·      Macam mikroorganisme
·      Bahan pembawa yang dipakai untuk mengeringkan mikroorganisme
·      Kesempurnaan proses pengeringan
·      Kondisi fisik (cahaya, suhu, kelmbapan) yang dikenakan pada organism yang dikeringkan.

             d.     Tekanan osmotic
Osmosis ialah difusi melintasi membrane semi permeable yang memisahkan dua macam larutan dengan konsentrasi solute yang berbeda. Proses ini cenderung untuk menyamakan konsentrasi solute pada kedua sisi membrane tersebut. Sebagai gambaran, andaikanlah bahwa sejumlah sel bakteri disuspensikan dalam larutan yang mengandung natrium klorida berkonsentrasi tinggi  (20%). Air akan mengalir dari daerah berisikan subtansi terlarut dengan konsentrasi lebih rendah (bagian sel sebelah dalam mempunyai konsentrasi garam yang rendah) melintasi membrane sitoplasma yang bersifat semipermeabel masuk ke dalam larutan di sekeliling sel. Jadi sel itu akan terhidrasi, efeknya serupa seperti menge-sel. Proses ini dikenal dengan nama plasmolisis.
Pada sel-se hewan yang tidak mempunyai dinidng yang kaku, dapat tera—penyusutan yang sesungguhnya sebagai akibat plasmolisis. Bila bakteri ditempatkan didalam larutan berisikan natrium kloride jauh dibaawah 1%, katakanlah 0,01% maka arah aliran ini akan ternalik, yaitu air akan mengalir dari larutan masuk ke dalam sel. Proses demikian dinamakan plasmoptisis. Terbentuk tekanan osmotic di dalam sel akibat akumulasi air sisalam jumlah yang besar disitu.
Pada umumnya mikroorganisme dihambat pertumbuhannya oleh kadar garam yang tinggi (10 sampai 15%) atau kadar gula yang tinggi (50 sampai 70%). Penghambatan ini merupakan dasar bagi pengawetan bahan makanan dengan cara “ppengasinan” atau dengan menggunakan larutan gula berkadar tinggi. Mekanisme penghambatan mkroorganisme ini ialah plasmolisis: sel-sel mengalami dehidrasi sehingga tidak dapat bermetabolisme atau tumbuh. Sselajnutnya sel-sel tersebut akan mati atau dapat tetap hidup, tapi dalam keadaaan dorman (Pelzcar, 2005: 471-472).
              e.     Radiasi
Menurut Volk dan Wheeler (1993) radiasi mungkin didefinisikan sebagai transmisi energy melalui ruangan. Semua bentuk radiasi dapat merusak mikroorganisme, yang menyebabkan kematian atau mutasi. Banyak mikroorganisme pembusukan dapat segera dibunuh oleh radiasi. Di beberapa negara bagian Eropa, buah-buahan dan sayuran yang diradiasi untuk meningkatkan umur penyimpanan hingga 500 persen. 
Gb.3 Spektrum elektromagnetik radiasi
Praktek ini dapat digunakan untuk pasteurisasi jus buah dengan mengalirkan jus di atas sumber cahaya ultraviolet intensitas cahaya tinggi. Sistem UV untuk penggunaan air tersedia pribadi, perumahan dan komersial untuk dapat digunakan dalam pengendalian bakteri, virus dan kista protozoa.
1)   Radiasi Ultraviolet
Ultraviolet merupakan unsur bakteri sidal utama pada sinar matahari yang meneyebabkan perubahan-perubahan di dalam sel berupa :


a)    Denaturasi protein
b)   Kerusakan DNA
c)    Hambatan repikasi DNA
d)   Pembetukan H2O2 dan peroksida organik di dalam pembenihan.
e)    Merangsang pembentukan kolisin pada kuman kolisigenik dengan merusak penghambatnya di dalam sitoplasma


2)   Cahaya Ultraviolet
Dipergunakan untuk :


a)      Membunuh mikrooganisme
b)      Membuat vaksin kuman dan virus
c)      Mencegah infeksi melalui udara pada ruang bedah, tempat-tempat umum dan laboratorium bakteriologis.


3)   Radiasi sinar-X dan pengion lainnya
Radiasi pengion memiliki kapasitas lebih besar untuk menginduksikan perubahan-perubahan yang mematikan pada DNA sel. Cara ini berguna untuk sterilisasi barang-barang sekali pakai misalnya benang bedah, semperit sekali pakai, pembalut lekat dan lain-lain.
Menurut FDA, radiasi tidak membuat makanan menjadi radioaktif, juga tidak terlihat perubahan rasa, tekstur, atau penampilan. Radiasi produk pangan untuk mengendalikan penyakit yang terbawa makanan pada manusia umumnya telah disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa Organisasi Kesehatan Dunia dan American Medical Association. Dua bakteri penyebab penyakit penting yang dapat dikendalikan oleh iradiasi meliputi Escherichia coli  dan spesies Salmonella. 
f) Filtrasi
Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi) digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil, penyaringan ini menggunakan filter bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan oleh pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan penguasaan teknik aseptik yang baik dalam melakukan metode ini. Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus.
Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi ini menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme untuk dapat melaluinya.
Ada dua macam filtrasi, yaitu filter bakteriologis dan filter udara. Filter bakteriologis biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll. Teknik filtrasi prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah bakteri saja. Diantara jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah : Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), Seitz (dari asbes) dan seluosa.

Gb. 5 Saringan Berkefeld menggunakan filter terbuat dari tanah diatomae
Gb 4. Seitz
dilihat dari dalam saringan
 






Gb.6 Saringan Chamberland terbuat dari porselen
Gb.7  Fritted Glass Filter terbuat dari serbuk gelas
 





Filter udara berefisiensi tinggi untuk menyaring udara berisikan partikel (High Efficiency Particulate Air Filter atau HEPA) memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruang tertutup dengan sistem aliran udara laminar (Laminar Air Flow).
Gb. 8 Laminar Air Flow Bench
Pada saat proses penuangan cairan / pembenihan dipergunakan suatu alat yang disebut laminar flow bench (udara yang masuk disaring terlebih dahulu dengan saringan khusus). Saringan laminar flow bench ini mempunyai batas waktu pemakaian dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi. 
C. Pengendalian Secara Kimia
1. Antimikroba 
Antimikroba adalah zat kimia yang membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Antimikroba termasuk bahan pengawet kimia dan antiseptik, serta obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit menular pada tanaman dan hewan. Antimikroba didapatkan dari sintetis atau berasal  dari alam, dan mereka memiliki efek atau sidal statis pada mikroorganisme. 
a.    Antiseptik
Antiseptik cukup berbahaya jika digunakan pada kulit dan selaput lendir, dan tidak boleh digunakan secara internal. Contohnya seperti merkuri, perak nitrat, larutan yodium, dan deterjen. Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa.  
Antiseptik berbeda dengan antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati. Hal ini disebabkan antiseptik lebih aman diaplikasikan pada jaringan hidup, daripada disinfektan. Penggunaan disinfektan lebih ditujukan pada benda mati, contohnya wastafel atau meja.
Namun, antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialihfungsikan menjadi disinfektan contohnya adalah fenol yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik maupun disinfektan. Penggunaan antiseptik sangat direkomendasikan ketika terjadi epidemi penyakit karena dapat memperlambat penyebaran penyakit.
Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi memengaruhi adsorpsi atau penyerapan komponen antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia membran bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri tersebut. Ketika konsentrasi antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi ke dalam sel dan mengganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk menghambat biosintesis(pembuatan) makromolekul dan persipitasi protein intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA}. Lama paparan antiseptik dengan banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus.
1)   Jenis-jenis Antiseptik
Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya saja dengan mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi (menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau meracuni sel bakteri. Beberapa contoh antiseptik diantaranya adalah hydrogen peroksida, garam merkuri, boric acid, dan triclosan.
a)    Hidrogen peroksida
Gb.9  Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah agen oksidasi, merupakan antiseptik kuat namun tidak mengiritasi jaringan hidup. Senyawa ini dapat diaplikasikan sebagai antiseptik pada membrane mukosa.
Kelemahan dari zat ini adalah harus selalu dijaga kondisinya karena zat ini mudah mengalami kerusakan ketika kehilangan oksigen.
b)   Garam merkuri
Gb.10  Mercury
Senyawa ini adalah antiseptik yang paling kuat. Merkuri klorida (HgCl) dapat digunakan untuk mencuci tangan dengan perbandingan dalam air 1:1000. Senyawa ini dapat membunuh hampir semua jenis bakteri dalam beberapa menit. Kelemahan dari senyawa ini adalah berkemungkinan besar mengiritasi jaringan karena daya kerja antimikrobanya yang sangat kuat.
c)    Asam Borat
Asam Borat merupakan antiseptik lemah, tidak mengiritasi jaringan.  Zat ini dapat digunakan secara optimum saat dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:20.

Gb.11  Asam Borat
 

d)   Triclosan
Gb.12 Produk Triclosan
Triclosan adalah antiseptik yang efektif dan populer, bisa ditemui dalam sabun, obat kumur, deodoran, dan lain-lain. Triclosan mempunyai daya antimikroba dengan spektrum luas (dapat melawan berbagai macam bakteri) dan mempunyai sifat toksisitas minim. Mekanisme kerja triclosan adalah dengan menghambat biosintesis lipid sehingga membran mikroba kehilangan kekuatan dan fungsinya.

b.    Desinfektan
Desinfektan merupakan bahan yang membunuh mikroorganisme, tetapi tidak mencakup spora mikroorganisme, dan tidak aman digunakan untuk jaringan hidup, desinfektan hanya digunakan pada benda mati seperti meja, lantai, peralatan, dll. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda. Ada yang serasi dan ada yaang bersifat merusak. Oleh karena itu perlu diketahui perilaku bahan kimia yaang akan digunakan sebagai desinfektan.
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.  Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.
1).  Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan : 
a). Golongan pertama

Yaitu desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B, contohnya yaitu: Klorhexidine (Hibitane, Savlon), Cetrimide (Cetavlon, Savlon) dan Fenol-fenol (Dettol).
Gb.13 Produk Klorhexidine
Gb.14 Cetrimide sbg media
Gb.14 Phenol
 

Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan. Biasanya dipergunakan untuk hal-hal seperti berikut:
·         Mensterilkan alat-alat bedah dan untuk membunuh kuman yang tercecer di laboratorium. Larutan yang dipakai biasanya berkadar 3 persen.
·         Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).
·         Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan yang terkena darah.
·         Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit.
·         Fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot seperti meja dan almari namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai.
b). Golongan kedua
Yaitu desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatistis B.
1)   Desinfektan yang melepaskan klorin.
Gb.15 Sodium Hipoklorit
Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin (Natrium tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih).
2)   Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah).
3)   Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol. Etil alkohol sangat efektif pada kadar 70 persen daripada 100 persen. Namun tidak membunuh spora.
4)   Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex). Berguna untuk mensterilkan vaksin kuman dan untuk menginaktifkan toksin kuman tanpa mempengaruhi sifat antigenitasnya. Larutan formaldehida dengan kosentrasi 5 sampai 10 persen di dalam air akan membunuh sebagian besar kuman. Formaldehida bersifat bakterisidal, sporisidal, dan juga dapat membunuh virus.
5)  
Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2.
Gb.16 Produk Providone iodine
Gb.18 Produk Virkon
Gb.19 Formaldehid
Gb.17 Alcohol 70%
 


2.    Pengawet
Merupakan bahan statis yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme, dan paling sering digunakan dalam makanan. Bahan yang dapat digunakan tidak berbahaya jika masuk ke dalam tubuh dan tidak beracun. Contohnya adalah kalsium propionat, natrium benzoat, formaldehid, nitrat dan belerang dioksida. 
3.    Antibiotik
Berdasarkan sumber pembuatannya Antibiotik dibagi 3, yaitu :
a.    Antibiotik sintetik
Antibiotik sintetik berguna dalam pengobatan penyakit dari mikroba maupun virus. Contohnya adalah sulfonilamid, isoniazid, etambutol, AZT, asam nalidiksat dan kloramfenikol.
Perlu diperhatikan bahwa definisi mikrobiologi mengenai antibiotik mengharuskan bahwa antibiotik akan digunakan untuk tujuan membunuh mikroba dan tidak digunakan untuk terapi terhadap penyakit yang tidak berasal dari mikroba. Oleh karena itu, farmakologi membedakan kemoterapi agen mikrobiologi sebagai "antibiotik sintetik".
b.    Antibiotik Alami
Antibiotik alami adalah antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat mikroorganisme lainnya. Definisi yang lebih luas antibiotik merupakan bahan kimia yang  berasal dari alam (dari semua jenis sel) yang memiliki efek untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel-sel jenis lain. Sejak klinis antibiotik sebagian besar dihasilkan oleh mikroorganisme dan digunakan untuk membunuh atau menghambat Bakteri menular. 
c.    Antibiotik semisintetik
Antibiotik semisintetik adalah antibiotik yang molekulnya diproduksi suatu  mikroba kemudian dimodifikasi oleh ahli kimia organik untuk meningkatkan sifat antimikroba antibiotik tersebut atau membuat mereka unik agar dapat dipatenkan secara farmasi.
Peran mikroorganisme dalam kehidupan sangat penting. Teknologi mikrobiologis telah memecahkan sekelumit permasalahan manusia. Pengadaan energi, pangan, obat-obatan merupakan hasil dari peranan mikroorganisme.
Namun mikroorganisme dapat menyebabkan permasalahan, hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman yang menimbulkan penyakit. Bukan hanya itu, aktifitas negatif menimbulkan rusaknya bahan makanan hingga berakibat tidak dapat di konsumsi bahkan beracun. Karena itu perlu adanya suatu usaha mengendalikan mikroba.










LEMBAR KEGIATAN MAHASISWA MIKROBIOLOGI
PENGENDALIAN PERTUMBUHAN MIKROBA

A.  Jawablah pertanyaan berikut ini.  Diskusikan dengan teman sekelompokmu.
1.      Secara umum ada dua macam cara untuk mengendalikan mikroorganisme, cara-cara apa saja itu dan beri contoh masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya!
2.      Jelaskan mekanisme matinya mikroba oleh panas!
3.      Apa saja yarat-syarat ideal memilih senyawa kimia sebagai antimikroba?
4.      Apa perbedaan antara antiseptik, antibodi, dan desinfektan?
5.      Buktikan dengan fakta bahwa jenis mikroorganisme yang berbeda butuh antimikroba yang berbeda untuk membasminya, mengapa demikian?
6.      Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan kerja antimikroba!
7.      Untuk mengendalikan mikroba diperlukan jenis pengendalian yang sesuai, mengapa demikian? Beri contohnya!

B.  Jelaskan istilah-istilah berikut ini


1.    Sterilisasi
2.    Tyndalisasi
3.    Filtrasi
4.    Berkefeld
5.    Chamberland
6.     Seitz
7.    Autoclave
8.    Pateurisasi
9.    Osmotik
10.     Plasmolisis
11.     Desinfektan
12.     Antimikrobia
13.     Antiseptik
14.     Aseptik