BAHAN AJAR
“PENGENDALIAN PERTUMBUHAN MIKROBA”
Untuk memenuhi salah satu tugas
terstruktur Mata Kuliah Mikrobiologi
Dosen Pengampu : Evi Roviati, S.Si,
M.Pd.
Disusun
Oleh :
Azkia Nur Hidayah (1413161002)
Dede Arif Muzani (1413163061)
Desi Nurlaela Fani (1413163063)
Nurul Amanah (1413161015)
Tadris IPA Biologi – C
/ Semester V
Kelompok : 4 (Empat)
JURUSAN
TADRIS IPA-BIOLOGI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
CIREBON
2015
BAB
VI
PENGENDALIAN PERTUMBUHAN MIKROBA
|
TIU: Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa
dapat mempelajari pengendalian
pertumbuhan mikroba.
TIK:1. Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa
dapat mampu mendeskripsikan dasar-dasar
pengendalian mikroba.
2. Setelah mengikuti perkuliahan
ini, mahasiswa dapat mampu
menjelaskan sterilisasi dan
pengendalian secara fisik.
3. Setelah
mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa dapat mampu menjelaskan pengendalian secara kimia.
A. Dasar-Dasar Pengendalian
Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang besar dan
beragam, dan mereka terdapat hampir dimana-mana di alam ini. Mereka merupakan
bentuk kehidupan yang tersebar paling luas dan terdapat paling banyak di planet
ini. Sesungguhnya telah dihitung bahwa massa mikroorganisme di bumi melebihi
massa organisme lain. Didalam setiap gram tanah subur terdapat berjuta-juta
mikroorgansime (Pelczar, 2005).
Pengendalian pertumbuhan
mikroba pada prinsipnya adalah menghambat atau mencegah pertumbuhan
mikroorganisme.
Pengendalian mikroorganisme berdasarkan dua hal :
1.
Dengan
membunuh mikroorganisme
2.
Dengan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Pengendalian
pertumbuhan mikroorganisme biasanya secara fisika dan secara kimia baik
membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Agen yang membunuh
sel-sel yang diistilahkan sidal, agen yang menghambat pertumbuhan
sel-sel (tanpa membunuh mereka) yang disebut sebagai statis. Dengan
demikian, bakterisida berarti membunuh bakteri, dan
bakteriostatik berarti menghambat pertumbuhan sel-sel bakteri.
Bakterisida berarti membunuh bakteri, fungisida berarti membunuh
jamur, dan sebagainya.
Pengendalian mikroorganisme bertujuan untuk menekan
reproduksi mikroba. Sehingga dengan pengendalian mikroorganisme kita dapat
mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang
yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh
mikroorganisme. Dengan cara membunuh mikroorganisme atau membuat kondisi yang
membuat mikroorgenisme tidak dapat tumbuh. Membunuh dan membatasi
pertumbuhan mikroorganisme khususnyan sangat penting dalam penyediaan dan
pemeliharaan untuk keamanan makanan. Pengendalian mikroorganisme juga merupakan
praktek medis modern dan antimikroba untuk mencegah dari infeksi dan menurunkan
penyebaran mikroorganisme.
B.
Sterilisasi dan Pengendalian Secara Fisika
Dalam mikrobiologi, istilah sterilisasi sangat
erat berkaitan dengan pengendalian pertumbuhan mikroorganisme
yang merupakan penghancuran secara sempurna atau penghapusan semua
organisme yang terdapat di dalam atau pada suatu zat yang akan
disterilkan. Prosedur Sterilisasi melibatkan penggunaan panas, radiasi
atau bahan kimia, dan juga penghancuran sel secara fisika.
Metode utama
sterilisasi adalah (1) fisika dan (2) kimia.
1. Metode
fisika
a. Pemanasan
Suhu Tinggi
Gb.
1 Hot Air Sterilization
|
Penerapan
suhu tingi untuk mematikan mikroorganisme. Prosedur
praktis yang memanfaatkan panas untuk mematikan mikroorganisme untuk mudahnya
dibagi kedalam dua kategori: panas lembab
dan panas kering.
1) Panas
lembab
Gb. 2
Autoclave
|
Dalam
penggunaan autoklaf, mutlak perlu diusahakan agar seluruh udara didalam ruang
autoklaf tergantikan dengan uap jenuh. Apabila masih ada udara, maka suhu
didalam ruang tersebut akan turun jauh dibawah suhu yang dicapai oleh uap jenuh
murni pada tekanan yag sama. Bukan tekanan uap, tapi suhu tinggi lah yang
mematikan mikroorganisme.
Harus
disadari untuk membunuh
mikroorgaisme, uap harusnmenembus
seluruh muatan. Jadi tidak boleh ada satu
barang pun yang dibungkus dalam bahan seperti
lembaran karet, yang tidak dapat ditembus uap, atau ditutup rapat dalam wadah
yang ketat. Mensterilkan
sejumlah besar muatan bahan kain memerlukan waktu yang lebih lama daripada
mensterilkan sejumlah instrument. (Volk, 1993 : 205).
2) Air
mendidih (Boiling)
Bentuk
vegetasi organism pathogen segera dirusak pada suhu air mendidih. Sebenarnya,
organism ini biasanya mati dalam beberapa menit pada suhu 80oC.
namun, beberapa endospora bakteri memperlihatkan ketahanan luarbiasa terhadap
panas dan mungkin bertahan hidup pada suhu air mendidih sampai 20 jam.
Endospora yang sangat resisten ini biasanya diisolasi dari makanan, tempat
mereka terlindung. Spora jamur dapat mudah dibinasakan daripada endospora
bakteri, namun kita tidak boleh mempercayai air mendidih untuk mensterilkan secara
penuh.
3) Pasteurisasi
Pasteurisasi adalah penggunaan panas yang ringan dengan suhu
terkendali untuk mengurangi jumlah mikroorganisme patogen dengan
berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten
untuk dibasmi dalam produk atau makanan. Dalam kasus pasteurisasi
susu, waktu dan suhu tergantung tujuan untuk membunuh jenis potensial yang
patogen yang terdapat dalam susu yang diinginkan.
4) Tyndalisasi
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada
makanan dan minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus
spora mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan
minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit
dalam waktu tiga hari berturut-turut.
b. Suhu
rendah
Suhu
dibawah suhu optimum untuk pertumbuhan dapat menekan laju metabolism; dan bila
suhu itu cukup rendah, maka metabolism dan pertumbuhan akan terhenti. Suhu
rendah sangat bermanfaat untuk mengawetkan biakan karena mikroorganisme
mempunyai kemampuan yang unik untuk dapat bertahap hidup pada keadaan yang
sangat dingin.
1) Pendinginan
Biakan berupa bakteri,
khamir dan kapang yang ditumbuhkan pada media agar dalam tabung reaksi, dapat
tetap hidup selama berbulan-bulan pada suhu lemari es yaitu sekitar 4 sampai 7oC.
mrtode ini baik untuk mengawetkan biakan beberapa, tetapi tidak semua
mikroorganisme.
2) Suhu
dibawah titik nol
Bakteri dan virus dapat
dipertahankan pada suhu -20oC (suhu pesawat pembeku mekanis), -70oC
(suhu es kering, yaitu CO2 beku), dan bahkan pada suhu -195oC
(suhu nitrogen cair). Mikroorganisme yang dipelihara pada suhu beku atau
dibawah suhu beku dianggap dorman karena tidak memperlihatkan adanya aktivitas
metabolic yang dapat dideteksi. Hal ini merupakan dasar bagi berhasilnya
pengawetan pangan dengan menggunakan suhu rendah.
c. Pengeringan
Pengeringan
sel mikroba serta lingkungannya sangat mengurangi atau menghentikn aktivitas
metabolic diikuti dengan matinya sejumlah sel. Pada umumnya, lamanya
mikroorganisme bertahan hidup setelah pengeringan bervariasi tergantung dari
factor-faktor berikut:
· Macam
mikroorganisme
· Bahan
pembawa yang dipakai untuk mengeringkan mikroorganisme
· Kesempurnaan
proses pengeringan
· Kondisi
fisik (cahaya, suhu, kelmbapan) yang dikenakan pada organism yang dikeringkan.
d. Tekanan
osmotic
Osmosis
ialah difusi melintasi membrane semi permeable yang memisahkan dua macam
larutan dengan konsentrasi solute yang berbeda. Proses ini cenderung untuk
menyamakan konsentrasi solute pada kedua sisi membrane tersebut. Sebagai
gambaran, andaikanlah bahwa sejumlah sel bakteri disuspensikan dalam larutan
yang mengandung natrium klorida berkonsentrasi tinggi (20%). Air akan mengalir dari daerah
berisikan subtansi
terlarut dengan konsentrasi lebih rendah (bagian sel sebelah dalam mempunyai
konsentrasi garam yang rendah) melintasi membrane sitoplasma yang bersifat
semipermeabel masuk ke dalam
larutan di sekeliling sel.
Jadi sel itu akan terhidrasi, efeknya serupa seperti menge-sel. Proses ini
dikenal dengan nama plasmolisis.
Pada
sel-se hewan yang tidak mempunyai dinidng yang kaku, dapat tera—penyusutan yang
sesungguhnya sebagai akibat plasmolisis. Bila bakteri ditempatkan didalam
larutan berisikan natrium kloride jauh dibaawah 1%, katakanlah 0,01% maka arah
aliran ini akan ternalik, yaitu air akan mengalir dari larutan masuk ke dalam
sel. Proses demikian dinamakan plasmoptisis.
Terbentuk tekanan osmotic di dalam sel akibat akumulasi air sisalam jumlah yang
besar disitu.
Pada
umumnya mikroorganisme dihambat pertumbuhannya oleh kadar garam yang tinggi (10
sampai 15%) atau kadar gula yang tinggi (50 sampai 70%). Penghambatan ini
merupakan dasar bagi pengawetan bahan makanan dengan cara “ppengasinan” atau
dengan menggunakan larutan gula berkadar tinggi. Mekanisme penghambatan mkroorganisme
ini ialah plasmolisis: sel-sel mengalami dehidrasi sehingga tidak dapat
bermetabolisme atau tumbuh. Sselajnutnya sel-sel tersebut akan mati atau dapat
tetap hidup, tapi dalam keadaaan dorman (Pelzcar, 2005: 471-472).
e. Radiasi
Gb.3 Spektrum elektromagnetik radiasi
|
1) Radiasi Ultraviolet
Ultraviolet merupakan unsur bakteri sidal utama pada sinar
matahari yang meneyebabkan perubahan-perubahan di dalam sel berupa :
a)
Denaturasi protein
b)
Kerusakan DNA
c)
Hambatan repikasi DNA
d)
Pembetukan H2O2 dan peroksida
organik di dalam pembenihan.
e)
Merangsang pembentukan kolisin pada kuman kolisigenik dengan
merusak penghambatnya di dalam sitoplasma
2) Cahaya Ultraviolet
Dipergunakan
untuk :
a)
Membunuh mikrooganisme
b)
Membuat vaksin kuman dan virus
c)
Mencegah infeksi melalui udara pada ruang bedah, tempat-tempat
umum dan laboratorium bakteriologis.
3) Radiasi sinar-X dan
pengion lainnya
Radiasi pengion memiliki kapasitas lebih besar untuk
menginduksikan perubahan-perubahan yang mematikan pada DNA sel. Cara ini
berguna untuk sterilisasi barang-barang sekali pakai misalnya benang bedah,
semperit sekali pakai, pembalut lekat dan lain-lain.
Menurut FDA, radiasi tidak membuat makanan menjadi radioaktif,
juga tidak terlihat perubahan rasa, tekstur, atau penampilan. Radiasi produk
pangan untuk mengendalikan penyakit yang terbawa makanan pada manusia umumnya
telah disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa Organisasi Kesehatan Dunia dan
American Medical Association. Dua bakteri penyebab penyakit penting yang
dapat dikendalikan oleh iradiasi meliputi Escherichia coli
dan spesies Salmonella.
f) Filtrasi
Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)
digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil, penyaringan ini
menggunakan filter bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba
hanya akan tertahan oleh pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya.
Dibutuhkan penguasaan teknik aseptik yang baik dalam melakukan metode ini.
Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi
tidak bebas dari virus.
Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari
metode lainnya karena sterilisasi ini menghilangkan mikroorganisme melalui
penyaringan dan tidak menghancurkan mikroorganisme tersebut. Penghilangan
mikroorganisme secara fisik melalui penyaring dengan matriks pori ukuran kecil
yang tidak membiarkan mikroorganisme untuk dapat melaluinya.
Ada dua macam filtrasi, yaitu
filter bakteriologis dan filter udara. Filter bakteriologis
biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang tidak tahan terhadap
pemanasan, misalnya larutan gula, serum, antibiotika, antitoksin, dll. Teknik
filtrasi prinsipnya menggunakan penyaringan, dimana yang tersaring hanyalah
bakteri saja. Diantara jenis filter bakteri yang umum digunakan adalah :
Berkefeld (dari fosil diatomae), Chamberland (dari porselen), Seitz (dari
asbes) dan
seluosa.
Gb. 5 Saringan
Berkefeld menggunakan
filter terbuat dari tanah diatomae
|
Gb 4. Seitz
|
dilihat dari dalam saringan
|
Gb.6 Saringan
Chamberland terbuat
dari porselen
|
Gb.7 Fritted Glass
Filter terbuat
dari serbuk gelas
|
|
Gb. 8 Laminar
Air Flow Bench
|
C. Pengendalian Secara Kimia
1.
Antimikroba
Antimikroba adalah
zat kimia yang membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Antimikroba termasuk bahan pengawet kimia dan antiseptik,
serta obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit menular pada tanaman dan
hewan. Antimikroba didapatkan dari sintetis atau berasal dari alam,
dan mereka memiliki efek atau sidal statis pada mikroorganisme.
a.
Antiseptik
Antiseptik cukup
berbahaya jika digunakan pada kulit dan selaput lendir, dan tidak boleh
digunakan secara internal. Contohnya seperti merkuri, perak nitrat,
larutan yodium, dan deterjen. Antiseptik atau germisida adalah senyawa kimia yang
digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan membran mukosa.
Antiseptik berbeda dengan antibiotik
dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh mikroorganisme di
dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda
mati. Hal ini disebabkan antiseptik lebih aman diaplikasikan pada
jaringan hidup, daripada disinfektan. Penggunaan disinfektan lebih
ditujukan pada benda mati, contohnya wastafel atau meja.
Namun, antiseptik yang kuat dan dapat
mengiritasi jaringan kemungkinan dapat dialihfungsikan menjadi disinfektan
contohnya adalah fenol yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik maupun
disinfektan. Penggunaan antiseptik sangat direkomendasikan ketika
terjadi epidemi penyakit karena dapat memperlambat penyebaran penyakit.
Efektivitas antiseptik dalam membunuh
mikroorganisme bergantung pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi dan lama
paparan. Konsentrasi memengaruhi adsorpsi atau penyerapan komponen
antiseptik. Pada konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat
fungsi biokimia membran bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri tersebut.
Ketika konsentrasi antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi
ke dalam sel dan mengganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk
menghambat biosintesis(pembuatan) makromolekul dan persipitasi protein
intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA}. Lama paparan
antiseptik dengan banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus.
1) Jenis-jenis
Antiseptik
Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme
berbeda-beda, misalnya saja dengan mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi
(menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau meracuni sel bakteri. Beberapa
contoh antiseptik diantaranya adalah hydrogen peroksida, garam merkuri, boric
acid, dan triclosan.
a)
Hidrogen
peroksida
Gb.9 Hidrogen Peroksida
|
Kelemahan dari zat ini adalah harus selalu dijaga kondisinya karena zat ini
mudah mengalami kerusakan ketika kehilangan oksigen.
b)
Garam merkuri
Gb.10 Mercury
|
c)
Asam Borat
Asam Borat merupakan antiseptik lemah, tidak
mengiritasi jaringan. Zat ini
dapat digunakan secara optimum saat dilarutkan dalam air dengan perbandingan
1:20.
Gb.11 Asam Borat
|
d)
Triclosan
Gb.12
Produk Triclosan
|
b.
Desinfektan
Desinfektan merupakan
bahan yang membunuh mikroorganisme, tetapi tidak mencakup spora mikroorganisme,
dan tidak aman digunakan untuk jaringan hidup, desinfektan hanya digunakan pada
benda mati seperti meja, lantai, peralatan, dll. Efeknya terhadap
permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda. Ada yang serasi dan ada yaang
bersifat merusak. Oleh karena itu perlu diketahui perilaku bahan kimia yaang
akan digunakan sebagai desinfektan.
Desinfektan
didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan
virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman
penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia
yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri,
jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan
untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.
Pada dasarnya
ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan
desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik
karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki
sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang
penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam
proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya
tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses
sterilisasi.
1). Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi
menjadi 2 golongan :
a). Golongan pertama
Yaitu desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B, contohnya yaitu: Klorhexidine (Hibitane, Savlon), Cetrimide (Cetavlon, Savlon) dan Fenol-fenol (Dettol).
Gb.13
Produk Klorhexidine
|
Gb.14
Cetrimide sbg media
|
Gb.14
Phenol
|
Desinfektan
golongan ini tidak aman untuk digunakan. Biasanya dipergunakan untuk hal-hal seperti berikut:
·
Mensterilkan
alat-alat bedah dan untuk membunuh kuman yang tercecer di laboratorium. Larutan
yang dipakai biasanya berkadar 3 persen.
·
Membersihkan
cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).
·
Membersihkan
peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan yang terkena darah.
·
Klorheksidine
dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit.
·
Fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai
dan perabot seperti meja dan almari namun penggunaan air dan sabun sudah
dianggap memadai.
b). Golongan kedua
Yaitu desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatistis B.
1)
Desinfektan yang melepaskan klorin.
Gb.15
Sodium Hipoklorit
|
2)
Desinfektan
yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah).
3)
Alkohol
: Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, etanol. Etil alkohol sangat efektif pada kadar 70 persen daripada 100 persen. Namun
tidak membunuh spora.
4)
Aldehid
: formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex). Berguna untuk mensterilkan vaksin kuman dan untuk
menginaktifkan toksin kuman tanpa mempengaruhi sifat antigenitasnya. Larutan formaldehida
dengan kosentrasi 5 sampai 10 persen di dalam air akan membunuh sebagian besar
kuman. Formaldehida bersifat bakterisidal, sporisidal, dan juga dapat membunuh
virus.
5)
Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2.
Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2.
Gb.16 Produk
Providone iodine
|
Gb.18
Produk Virkon
|
Gb.19
Formaldehid
|
Gb.17
Alcohol 70%
|
2.
Pengawet
Merupakan bahan
statis yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme, dan paling
sering digunakan dalam makanan. Bahan yang dapat digunakan tidak berbahaya
jika masuk ke dalam tubuh dan tidak beracun. Contohnya adalah kalsium
propionat, natrium benzoat, formaldehid, nitrat dan belerang dioksida.
3.
Antibiotik
Berdasarkan
sumber pembuatannya Antibiotik dibagi 3, yaitu :
a.
Antibiotik
sintetik
Antibiotik sintetik
berguna dalam pengobatan penyakit dari mikroba maupun virus. Contohnya
adalah sulfonilamid, isoniazid, etambutol, AZT, asam nalidiksat dan
kloramfenikol.
Perlu diperhatikan
bahwa definisi mikrobiologi mengenai antibiotik mengharuskan bahwa antibiotik
akan digunakan untuk tujuan membunuh mikroba dan tidak digunakan untuk terapi
terhadap penyakit yang tidak berasal dari mikroba. Oleh karena itu,
farmakologi membedakan kemoterapi agen mikrobiologi sebagai "antibiotik
sintetik".
b.
Antibiotik
Alami
Antibiotik alami
adalah antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau
menghambat mikroorganisme lainnya. Definisi yang lebih luas antibiotik
merupakan bahan kimia yang berasal dari alam (dari semua jenis sel) yang
memiliki efek untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel-sel jenis
lain. Sejak klinis antibiotik sebagian besar dihasilkan oleh
mikroorganisme dan digunakan untuk membunuh atau menghambat Bakteri
menular.
c.
Antibiotik
semisintetik
Antibiotik
semisintetik adalah antibiotik yang molekulnya diproduksi suatu
mikroba kemudian dimodifikasi oleh ahli kimia organik untuk meningkatkan
sifat antimikroba antibiotik tersebut atau membuat mereka unik agar dapat
dipatenkan secara farmasi.
Peran mikroorganisme dalam kehidupan sangat penting. Teknologi
mikrobiologis telah memecahkan sekelumit permasalahan manusia. Pengadaan
energi, pangan, obat-obatan merupakan hasil dari peranan mikroorganisme.
Namun mikroorganisme dapat menyebabkan permasalahan,
hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman yang
menimbulkan penyakit. Bukan hanya itu, aktifitas negatif menimbulkan rusaknya
bahan makanan hingga berakibat tidak dapat di konsumsi bahkan beracun. Karena
itu perlu adanya suatu usaha mengendalikan mikroba.
LEMBAR
KEGIATAN MAHASISWA
MIKROBIOLOGI
PENGENDALIAN PERTUMBUHAN MIKROBA
A. Jawablah
pertanyaan berikut ini. Diskusikan
dengan teman sekelompokmu.
1.
Secara
umum ada dua macam cara untuk mengendalikan mikroorganisme, cara-cara apa saja
itu dan beri contoh masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya!
2.
Jelaskan
mekanisme matinya mikroba oleh panas!
3.
Apa
saja yarat-syarat
ideal memilih senyawa kimia sebagai antimikroba?
4.
Apa
perbedaan antara antiseptik, antibodi, dan desinfektan?
5.
Buktikan
dengan fakta bahwa jenis mikroorganisme yang berbeda butuh antimikroba yang
berbeda untuk membasminya, mengapa demikian?
6.
Jelaskan
faktor-faktor
yang mempengaruhi kemampuan kerja antimikroba!
7.
Untuk
mengendalikan mikroba diperlukan jenis pengendalian yang sesuai, mengapa
demikian? Beri contohnya!
B.
Jelaskan istilah-istilah berikut ini
1. Sterilisasi
2. Tyndalisasi
3. Filtrasi
4. Berkefeld
5. Chamberland
6. Seitz
7. Autoclave
8. Pateurisasi
9. Osmotik
10. Plasmolisis
11. Desinfektan
12. Antimikrobia
13. Antiseptik
14. Aseptik