Scientiae Educatia. 1(1): 1-8



ISSN: xxxx-xxxx
e-ISSN: xxxx-xxxx
Journal homepage: www.syekhnurjati.ac.di/jurnal/index.php/sceducatia
Journal Email: sceducatia@gmail.com
![]() |
Teknologi Pembuatan Minuman Sehat Susu UHT dalam Produksi Rumahan (Skala Rumah Tangga)
Azkia Nur Hidayah1, Zulfach Amini1, Azmi
Azhari1
1Jurusan Tadris IPA Biologi, Insitut Agama Islam
Negeri Syekh Nurjati Cirebon, 45132, Indonesia
Received: 1 January 2016 Received in revised
form: 15 February 2016 Accepted:25 February 2016


ABSTRAK
Susu dikenal
memiliki sejumlah protein yang baik bagi kesehatan. Cara mengolahnya pun
termasuk beragam di berbagai pelosok dunia. Cara pengemasannya pun beraneka
ragam, ada yang dalam bungkus karton, plastik, botol, dan lain sebagainya.
Namun, produksi susu di Indonesia cenderung menerimanya secara eksport. Padahal
Indonesia sendiri sebenarnya bisa mengembangkan potensi kelimpahan hasil
pemerahan dan dapat meningkatkan kewirausahaan berbasis lokal untuk
memaksimalkan perekonomian masyarakat. Susu UHT memiliki manfaat yang sangat
banyak bagi pertumbuhan tulang dan mengandung gizi yang baik. Belum banyak
masyarakat Indonesia yang mengembangkan
potensi tersebut. Salah satu metode yang dapat dikelola yaitu memproduksi susu
UHT dalam skala produksi rumah tangga. Namun, untuk mencapai hal tersebut maka
dibutuhkan bimbingan para pakar. Skala produksi rumah tangga ditekankan pada
kualitas gizi dan kemasan susu UHT sehingga tidak kalah saing dengan produksi
luar negeri. Bukan hanya itu, sistem peternakan pun dapat dioptimalkan sehingga
memperoleh hasil terbaik. Selain bertujuan untuk memenuhi gizi masyarakat
Indonesia, juga dapat membuat produk Indonesia dengan meningkatkan perekonomian
Indonesia dengan beberapa peluang pekerjaan dalam skala produksi rumah tangga. Pada umumnya yang disebut susu adalah susu
sapi yang berasal dari jenis sapi perah FH (Friesian
Holstein), yang berwarna putih. Susu merupakan
sumber protein dengan mutu yang sangat tinggi, dengan kadar protein dalam susu
segar 3,5 % dan mengandung lemak yang kira-kira sama banyaknya dengan protein. Teknologi sederhana proses pengolahan produk-produk tersebut telah tersedia dan
sering disosialisasikan namun belum berkembang dengan optimal. Hal ini
disebabkan karena peternak sapi perah lebih mengutamakan sebagai produsen susu
segar, meskipun produk susu olahan mempunyai nilai tambah yang diharapkan dapat
meningkatkan keuntungan.
Kata kunci: teknologi pengolahan,
kualitas susu UHT, daya simpan dan pengemasansusu.
PENDAHULUAN
Susu UHT (Ultra
High Temperature), belum banyak masyarakat Indonesia yang mengenal
manfaatnya bagi kesehatan. Susu UHT memiliki kelebihan diantaranya aman
dikonsumsi karena telah steril dari mikroba pembusuk, memiliki warna dan rasa
yang mirip dengan susu sapi segar, bersifat awet, praktis dikonsumsi dan
mengandung zat gizi yang baik.
Cara pembuatan susu UHT yang berbeda dengan jenis
yang lainnya yaitu dipanaskan selama 2-3 detik pada suhu 135-1500 C
dan segera didinginkan 4-50 C. Waktu pemanasan yang sangat singkat
tersebut bertujuan untuk mencegah kerusakan nilai gizi, mendapatkan warna dan
aroma yang sesuai dengan aslinya (tidak mengalami perubahan), dan semua kuman
atau bakteri patogen dapat dihancurkan oleh temperatur yang tinggi tersebut.
Susu UHT dapat tahan setidaknya selama enam minggu dalam kondisi ditutup rapat
dan tidak terkontaminasi zat lain.
Selama ini teknologi pengolahan susu UHT didominasi
oleh industri taraf internasional. Masyarakat pun belum banyak yang mengenal
susu UHT dan minat konsumen belum terlalu tinggi. Bioindustri perlu digalakkan
untuk membangkitkan ekonomi masyarakat dengan mengembangkan potensi hayati.
Pengembangan bioindustri seharusnya tidak hanya ditanamkan di negara maju saja,
di negara berkembang pun perlu dimotivasi. Indonesia memiliki potensi pertanian
yang subur sehingga bisa menjadi peluang untuk dikembangkan.
Produksi
susu secara Nasional belum dapat mencukupi kebutuhan susu dalam negeri. Dari segi
kuantitas, permintaan susu secara Nasional mungkin dapat terpenuhi. Akan tetapi
secara kualitas, produksi susu secara Nasional belum dapat memenuhi keinginan
produsen susu dan konsumen. Karenanya produksi susu dalam Negeri baru dapat diterima sebanyak 40%, sedangkan
60% lainnya dipenuhi dari susu impor. Ketidakmampuan dalam memenuhi permintaan susu
tersebut dikarenakan produktivitas sapi perah Indonesia rata- rata masih
rendah, baik secara kuantitas maupun kualitas. (Pusat Data Informasi Pertanian,
2013).
Kebijakan
pertanian selain dapat meningkatkan produksi pertanian, dapat juga menjadikan
nilai tambah perekonomian dan sosial masyarakat secara luas. Masyarakat
pedesaan bisa dijadikan prioritas dengan dibimbing para pakar untuk
mengembangkan produksi skala rumah tangga. Mengenai hal tersebut, poin paling
penting adalah bagaimana teknik pengolahan yang tepat dan menjaga kualitas susu
UHT produk dalam negeri sehingga tidak kalah saing dengan produk import. Bukan hanya itu, penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin maju pun bisa dimanfaatkan agar produksi
susu UHT dalam negeri dapat ditingkatkan kualitasnya.
PEMBAHASAN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU UHT DALAM SKALA RUMAH TANGGA
Susu
merupakan sekresi hewan yang diproduksi dengan tujuan menyediakan makanan bagi
anaknya yang baru dilahirkan, karena berfungsi sebagai makanan tunggal bagi
makhluk hidup yang baru dilahirkan dan mulai tumbuh, susu mempunyai nilai gizi
yang sempurna.
Pada umumnya
yang disebut susu adalah susu sapi yang berasal dari jenis sapi perah FH (Friesian Holstein), yang berwarna putih.
Susu merupakan sumber protein dengan mutu yang sangat tinggi, dengan kadar
protein dalam susu segar 3,5 % dan mengandung lemak yang kira-kira sama
banyaknya dengan protein. Selain itu susu mengandung gula laktosa atau gula
susu, kadarnya sekitar 5-8 %. Laktosa merupakan senyawa yang banyak digunakan
dalam pembentukan sel otak. Susu mengandung mineral yaitu kalsium dan posfor
yang penting bagi pertumbuhan tulang.
Vitamin yang tinggi terdapat dalam
susu adalah niasin dan riboflavin. Karena tingginya kandungan riboflavin, susu
tampak berwarna kehijau-hijauan. Jika terkena sinar matahari langsung,
riboflavin dalam susu akan cepat rusak.
Mineral yang banyak terdapat dalam
susu adalah kalsium dan posfor. Kedua mineral tersebut penting bagi pertumbuhan
tulang. Sehingga bagi bayi dan anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang,
susu merupakan sumber mineral yang penting.
Susu yang segar akan diperoleh dari perahan yang
dilakukan selama 2 kali yaitu pagi dan sore hari. Susu segar yang diterima dari
pemerahan sore dimasukan ke dalam tangki pendingin dan digabungkan dengan susu
segar yang diterima hasil pemerahan pada pagi berikutnya. Sebelum diolah susu
harus sudah diuji terlebih dahulu yaitu meliputi uji alkohol, berat jenis, pH
dan kadar lemak.
Hal ini karena adanya kemungkinan
pencemaran atau kontaminasi oleh berbagai bakteri patogen, seperti bakteri
thypus, diphteri, radang tenggorokan dan TBC. Karen alasan tersebut maka untuk
menjaga kerusakan dari susu dan untuk menghindari penyakit maka dilakukan
terlebih dahulu proses pasteurisasi. Umumnya proses ini memerlukan suhu 62 oC selama 30 menit.
Biasanya kita kenal susu UHT
dibuat di pabrik yang besar, akan tetapi susu UHT dapat diproduksi oleh
petani-petani yang sederhana. Pada pemasaran susu sangat tergantung kepada koperasi susu sebagai
penampung susu terbesar sebelum dikirim ke IPS dengan persyaratan tertentu.
Susu dengan kualitas standar akan ditolak oleh IPS (Industri Pengolahan Susu).
Realitas dilapangan menunjukkan bahwa penolakan susu terkadang juga terjadi
karena disuatu produksi susu melimpah, sedangkan dilain pihak daya tampung IPS
terbatas.
Untuk mengurangi ketergantungan
terhadap IPS dalam memanfaatkan susu kualitas rendah, diperlukan upaya
diversifikasi produk melalui pembuatan produk susu olahan skala rumah tangga. Halyang perlu diperhatikan adalah model teknologi
pengolahan dan jenis produk susu olahan harus tepat untuk diterapkan dan sesuai
dengan ketersediaan SDM yang kualitasnya terbatas.
Teknologi pengolahan susu pada umumnya memerlukan
sentuhan teknologi modern, namun ada beberapa produk susu olahan yang dapat
dibuat secara tradisional. Suryo
(1996)
mengemukakan terdapat beberapa kelompok produk susu ditinjau dari sifatnya
yaitu:
- Susu segar
- Produk susu fermentasi
- Krim susu dengan berbagai versi kadar lemak
- Mentega
- Susu kental
- Susu kering (bubuk)
- Keju
Hal yang perlu diperhatikan adalah model
teknologi pengolahan dan jenis produk susu olahan harus tepat untuk diterapkan
dan sesuai dengan ketersediaan SDM yang kualitasnya terbatas.
Prinsip
dasar pengolahan susu cara sederhana yang terpenting adalah pemanasan dan
penguapan. Alat pendingin pada umumnya diperlukan untuk penyimpanan kecuali
pada pembuatan es krim dan es puter yang memerlukan suhu pembekuan dimana di
lapangan dapat digantikan dengan penggunaan kulkas
Teknologi sederhana proses pengolahan produk-produk
tersebut telah tersedia dan sering disosialisasikan namun belum berkembang
dengan optimal. Hal ini disebabkan karena peternak sapi perah lebih
mengutamakan sebagai produsen susu segar, meskipun produk susu olahan mempunyai
nilai tambah yang diharapkan dapat meningkatkan keuntungan. Kurangnya motivasi
peternak untuk berwirausaha dan kurang yakin menghadapi persaingan pasar dengan
pabrik yang sudah lebih stabil menjadi salah satu.
PENANGANAN DALAM MENJAGA KUALITAS SUSU
UHT
Ketika susu
keluar setelah diperah, susu merupakan suatu bahan yang murni, higienis,
bernilai gizi tinggi, mengandung sedikit kuman dan susu masih steril. Demikian
pula bau dan rasa tidak berubah dan tidak berbahaya untuk diminum. Namun setelah
beberapa saat berada dalam suhu kamar, susu sangat peka terhadap pencemaran
sehingga dapat menurunkan kualitas susu.
Sifat
fisik pada susu murni yaitu warna air susu dapat berubah dari satu warna kewarna
yang lain, tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan
padat dan bahan pembentuk warna. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Air susu terasa
sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan rasa asin berasal dari
klorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya. Air susu mempunyai berat jenis
yang lebih besar daripada air. Air susu mengandung bahan/zat makanan yang
secara totalitas dapat dicerna, diserap dan dimanfaatkan tubuh dengan sempurna.
(Peni, 2012). Susu murni memiliki sifat asam dan basa. pH susu segar terletak
antara 6,5 – 6,7.
Susu dengan
kualitas terbaik memiliki jumlah bakteri yang terdapat dalam susu segar tidak
lebih dari 10.000/ml. Bakteri-bakteri koliform tidak lebih dari 10/ml.
(Hadiwiyoto, 1994). Syarat kualitas air susu segar di Indonesia telah dibakukan
dalam Standart Nasional Indonesia (SNI 01-3141-1997), dimana pemeriksaan
cemaran mikroba dalam air susu segar meliputi uji pemeriksaan dengan angka
lempeng total (batas maksimum mikroba 3,0 × 106 koloni/ml), Escherichia coli
(maksimum 10/ml), Salmonella (tidak ada), Staphylococcus aureus (maksimum
10² koloni/ml).
Adapun
beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas susu, diantaranya yaitu kondisi
kandang sapi harus memadai, keadaan kesehatan sapi harus diperhatikan, kondisi
kesehatan pemerah atau pekerja, pakan sapi yang terbaik, kebersihan sapi,
kebersihan alat pemerah, dilakukan penyaringan susu agar bebas dari debu dan
kotoran, terakhir dilakukan penyimpanan susu pada suhu kamar yang tinggi
dikarenakan kuman lebih banyak terdapat pada suhu kamar yang rendah.
Komposisi
kimia yang lengkap pada susu dikhawatirkan menimbulkan mikroba yang merugikan
bagi kesehatan. Faktor pencemar bisa disebabkan oleh lingkungan, kesehatan
hewan, peralatan dan transportasi susu. Susu diminati oleh mikroba berbahaya
dikarenakan susu mengandung gizi yang baik bagi pertumbuhan mikroba yang
merugikan dan kadar air yang tinggi yaitu sekitar 85 %. Menurut Supardi dan
Sukamto dalam Sulistyowati (2009), susu mudah rusak karena terkontaminasi oleh
bakteri-bakteri pembusuk. Selain itu, susu juga dapat terkontaminasi oleh
bakteri-bakteri patogen melalui beberapa cara sebagai berikut:
1. Susu yang
berasal dari sapi perah yang menderita infeksi. Misalnya infeksi oleh bakteri Brucella,
Mycobacterium, dan Coxiella burnetii.
2. Putting sapi
terkontaminasi secara langsung oleh manusia. Misalnya kontaminasi oleh Streptococcus,
Staphylococcus, Pseudomonas, dan Corynebacterium.
3. Susu
terkontaminasi oleh bakteri patogen yang tidak berasal dari sapi sendiri, kontaminasi
terjadi setelah proses pemerahan. Misalnya Salmonella typhi, Corynebacter
diptheriae dan Streptococcus pyogenes.
Susu dapat dikatakan rusak kandungan gizinya apabila terjadi perubahan rasa
dan aroma menjadi asam, busuk, tidak segar dan menggumpal. Jika produk susu
sudah mengindikasikan seperti ini sebaiknya tidak dikonsumsi. Titiek dan Rahayu
(2007) mengatakan bahwa beberapa kerusakan pada susu yang disebabkan tumbuhnya
mikroorganisme antara lain adalah pengasaman dan penggumpalan, berlendir seperti
tali yang disebabkan terjadinya pengentalan dan pembentukan lendir oleh
beberapa jenis bakteri dan penggumpalan susu yang timbul tanpa penurunan pH.
Menurut
Saleh (2004), Penanganan susu segar sangat diperlukan untuk memperlambat
penurunan kualitas susu atau memperpanjang massa simpan susu. Cara penanganan
air susu sesudah pemerahan adalah sebagai berikut:
1. Air susu
hasil pemerahan harus segera dikeluarkan dari kandang untuk menjaga jangan
sampai susu tersebut berbau sapi atau kandang. Keadaan ini penting terutama
jika keadaan ventilasi kandang tidak baik.
2. Air susu
tersebut disaring dengan saringan yang terbuat dari kapas atau kain putih dan
bersih, susu tersebut disaring langsung dalam milk can. Segera setalah
selesai penyaringan milk can tersebut ditutup rapat. Kain penyaring
harus dicuci bersih dan digodok kemudian dijemur. Bila kain penyaring tersebut
hendak dipakai kembali sebaiknya disetrika terlebih dahulu.
3. Tanpa
menghiraukan banyaknya kuman yang telah ada, air susu perlu didinginkan secepat
mungkin sesudah pemerahan dan penyaringan sekurang-kurangnya pada suhu 4oC–7oC
selama 2 atau 3 jam. Hal ini dilakukan untuk mencegah berkembangnya kuman yang
terdapat didalam air susu. Jika tidak mempunyai alat pendingin maka pendinginan
tersebut dilakukan dengan menggunakan balok es, dalam hal ini milk can yang
telah berisi susu dimasukkan kedalam bak yang berisi es balok dan ditutup
rapat.
Adapun cara produksi susu
yang terjaga kualitasnya salah satunya dengan cara pasteurisasi menggunakan
suhu tinggi yaitu susu UHT. Tujuannya untuk membunuh bakteri pathogen, karena
susu segar hanya sedikit yang diperoleh sebab susu yang baru diperah dari sapi
rentan terkontaminasi berbagai bakteri seperti bakteri typhus, diptheri, TBC
dll.
DAYA SIMPAN DAN
PENGEMASAN SUSU
Daya
simpan dapat diartikan sebagai suatu proses diletakkannya produk dalam kemasan
yang layak dan sesuai dengan petunjuk yang disarankan, sehingga rasa, aroma,
tekstur dan nilai gizi tetap terjaga dengan baik.
Ketika
baru diproduksi, mutu produk dianggap dalam keadaan 100%, dan akan menurun
sejalan dengan lamanya penyimpanan atau distribusi. Selama penyimpanan dan
distribusi, produk pangan akan mengalami kehilangan bobot, nilai pangan, mutu, nilai
uang, daya tumbuh, dan kepercayaan (Rahayu dkk., 2003).
Pengujian
kualitas susu dalam skala rumah tangga dilakukan untuk mengantisipasi adanya penyimpangan/pemalsuan
terhadap susu dan upaya untuk menjamin kualitas susu yang dipasok oleh peternak
terhadap produsen, sebelum dikirimkan ke IPS Pengujian kualitas ini diharapkan
memberikan dampak terhadap perbaikan dan peningkatan sanitasi dan kebersihan
pemeliharaan ternak sapi perah dan penanganan kualitas susu, serta memberikan
motivasi dengan insentif yang diberikan bagi kualitas susu yang terbaik dipasok
oleh peternak.
Bagi
industri pengolahan susu di Indonesia, penggunaan teknologi UHT dan pemanfaatan susu rekombinasi merupakan solusi yang dapat ditempuh saat ini
untuk dapat beroperasi dan mampu memasarkan produk susu
pasteurisasi di pasar domestik, sehingga
pada satu sisi masih dapat menerima pasokan susu segar dalam negeri dan pada sisi lain secara komersil masih dapat menghasilkan produk susu
pasteurisasi (UHT) yang berdaya simpan lebih lama (sampai 90 hari),
dengan kemasan berlapis hermatis,
dapat disimpan tanpa pendinginan selama penyimpanan, sebagian berbentuk plain, dan sebagian lain diberi flavor, dalam hal ini flavor (seperti
coklat atau strawberi) yang
ditambahkan dapat mengurangi atau menutupi flavor gosong yang khas pada susu pasteurisasi UHT. Salah satu produk susu cair produksi
Industri Pengolahan Susu (IPS) di
Indonesia, yang menggunakan UHT sterilisasi (140 °C selama 4 detik), dengan kemasan karton yang berlapis polyethylene
plastic, aluminum foil, dan kertas memberikan
jaminan daya simpan hingga 10 bulan, pada penyimpanan suhu kamar (tidak didinginkan), namun jika kemasan sudah dibuka, masih layak untuk
dikonsumsi dalam waktu 7 hari (pada suhu penyimpanan 4 °C).
UCAPAN
TERIMA KASIH
Rasa
syukur dan terima kasih kepada Allah SWT dan sholawat tercurah atas Nabi
Muhammad SAW. Rasa bangga terhadap kedua orang tua, kepada dosen yang penuh
kreativitas Pak Azmi dengan segala kesabarannya dalam membimbing dan memberi
motivasi terhadap kami semua. Semoga jurnal ini dapat memberikan kontribusi
terhadap ilmu pengetahuan dan bermanfaat sebagai bahan bacaan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmajati, A. 2008. Informasi Susu Kambing Etawa. Jawa
Tengah: Buletin Pikiran Rakyat.
Hadiwiyoto. 1994. Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya.
Yogyakarta: Liberty..
Peni. 2012. Penanganan Susu Segar dalam Menjaga Kualitas
Pasca Pemerahan. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian. 2013. Informasi
Ringkas Komoditas. Jakarta: Perkebunan.
Rahayu, W.P.,
H. Nababan, S. Budijanto, dan D. Syah. 2003. Pengemasan, Penyimpanan dan Pelabelan. Jakarta: Badan Pengawasan
Obat dan Makanan.
Sulistyowati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: Andi Offset.
Suryo. 1996. Budi Pekerti dan Nilai-Nilai Moral. Yogyakarta:
Leguna Press.
Saleh, E. 2004. Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan
Ternak. www.library.usu.ac.id/download/fp/ternak-eniza.pdf.
Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.